Penjabaran Tujuan Ketiga Sustainable Development Goals (SDGs) "Kehidupan Sehat dan Sejahtera" atau "Good Health dan Well-Being"
Kehidupan Sehat dan Sejahtera (Good Health and Well-Being)
Kesehatan dan kesejahteraan yang baik diartikan sebagai keadaan holistik dari kesejahteraan fisik, mental, dan sosial serta kualitas pengalaman hidup.
Kehidupan Sehat dan Sejahtera atau Good Health and Well-Being bertujuan untuk menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian yang berkelanjutan.
Tercapainya tujuan SDGs yang ketiga ini merupakan tanggung jawab dan kemandirian di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat yang didukung oleh ilmu-ilmu kimia pangan yang meliputi kimia organik dan anorganik, biokimia, toksikologi, ilmu gizi, ilmu pertanian dan pengolahan pasca panen, dan ilmu literasi.
Masyarakat dapat memperoleh literasi tentang kimia pangan lewat sekolah, universitas atau dengan berperan secara aktif mengikuti program-program yang berbasis masyarakat seperti ibu-ibu PKK, Karang Taruna, dan organisasi olahraga di bawah Kementrian Pemuda dan Olahraga (Menpora).
Promosi konsumsi pangan bergizi, beragam, dan berimbang harus diperkuat oleh literasi kimia, begitulah pentingnya literasi kimia.
Tubuh manusia yang tidak tercukupi asupan gizinya yang seharusnya sebagaimana mestinya akan semakin meningkatkan penyakit tidak menular (Nguyen & Hoang, 2018).
Bahkan, menurut Singhal (2016), pemenuhan asupan gizi untuk manusia yang sehat dan sejahtera dimulai dari saat masih di dalam kendungan (janin).
WHO melaporkan bahwa prevalensi penyakit tidak menular (PTM) meningkat pada penduduk usia produktif 30-69 tahun yang mengakibatkan akan mempengaruhi kualitas produktivitas dunia jika prevalensinya tidak dapat dikendalikan dan akan memberikan dampak kepada negara yaitu pembiayaan perawatan kesehatan.
Harapannya setelah memiliki literasi kimia masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup untuk memilih konsumsi pangan sehari-hari sehingga hal ini dapat mencapai kehidupan sehat dan sejahtera untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Konsumsi pangan bergizi, beragam, dan berimbang juga akan berdampak pada keanekaragaman hayati.
Hal ini terbukti yaitu di Uni Eropa memiliki pola makan yang sama setiap hari, terutama yang berbasis produk susu dan daging yang meningkatkan penurunan keanekaragaman hayati hingga mencapai 75 - 90%.
Oleh karena itu, konsumsi pangan yang bergizi, beragam, dan berimbang dan literasi kimia sangatlah penting agar terjadi pola konsumsi yang sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai kehidupan sehat dan sejahtera sekaligus menjaga keanekaragaman hayati.
Jalan lain yang dapat ditempuh untuk mencapai goals SDGs poin ketiga adalah melalui olah tanah.
Olah tanah bisa dilakukan berbasis keanekaragaman hayati yang merupakan sebuah upaya terintegrasi dalam rangka penguatan fasilitas lingkungan hidup untuk melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan ekosistem darat secara berkelanjutan.
Mengingat populasi manusia yang semakin bertambah membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya termasuk tanah yaitu degradasi tanah yang disebabkan oleh eksploitasi dan alih fungsi untuk memfasilitasi kebutuhan kehidupan manusia.
Tanah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ketersediaan dan kualitas pangan (ketahanan pangan) serta paparan manusia terhadap beragam bahan kimia dan patogen melalui ketersediaan hara tanah (Brevik & Sauer 2015, 35-46).
Sehingga kualitas tanah dapat mempengaruhi kesehatan manusia secara utuh baik fisik maupun non fisik (psikologi).
Corkery (2015, 273-287) mengkaji tentang keterkaitan alam dengan kesehatan mental, yaitu tanah yang berkualitas akan menciptakan kondisi alam yang secara kondusif mengurangi rentang waktu bagi manusia untuk pulih dan pengobatan penyakit sekaligus mengurangi tekanan darah tinggi.
Hipokrates memasukkan kesehatan tanah ke dalam daftar evaluasi pengobatannya, bahkan ayat kitab suci juga ada yang menyebutkan bahwa kualitas tanah berkaitan dengan kualitas hidup manusia.
Bahkan, Barret, Christopher, & Leah (2015) menyatakan bahwa kualitas tanah akan berdampak pada kondisi ekonomi rumah tangga.
Selain mengonsumsi makanan yang bergizi, beragam, dan berimbang, menambah literasi tentang kimia pangan, olah tanah berbasis keanekaragaman hayati, yaitu
program kehamilan dan persalinan sebagai upaya untuk menurunkan AKI dan AKB di desa, industri halal, pengembangan destinasi pariwisata yang berkelanjutan melalui penerapan nilai-nilai agronomi, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu dan anak, penanggulangan narkoba, memaknai peran perpustakaan dan pustakawan dalam menumbuhkan budaya literasi, berbagai upaya untuk mengatasi berbagai penyakit seperti malaria, kontribusi lembaga filantropi islam berbasis zakat, infaq, dan sedekah, dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka
Evi Rosita, Marwati, T.
A., & Astuti, D. A. (2020). EVALUASI KELENGKAPAN SARANA DAN PRASARANA SOP (
STANDART OPERATING PROCCEDURE ) PROGRAM GEBRAK ( GERAKAN BERSAMA AMANKAN
KEHAMILAN DAN PERSALINAN ) SEBAGAI UPAYA PULO LOR KABUPATEN JOMBANG The Evaluation
Of Facilities And Infrastructure Standart Operating. Jurnal Ilmiah Kebidanan
(Scientific Journal of Midwifery), 5(1), 25–37.
http://journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jikeb/article/view/489
Simanjuntak, F. N.
(2020). Kehidupan Sehat dan Sejahtera Melalui Olah Tanah Berbasis
Keanekaragaman Hayati. Jurnal Ekologi, Masyarakat & Sains, 1(2),
6–11. http://repository.uki.ac.id/id/eprint/2644
Komentar
Posting Komentar